Di IPNU Tidak Ada Ujrah Yang Ada Hanya Ajrah

Muhammad Said, Caketum PP IPNU 2015-2018
Ketua Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) DKI Jakarta Muhammad Said pernah menegaskan, berjuang di IPNU jangan mengharap imbalan atau upah karena dengan niat seperti itu malah akan mempersulit diri ketika saat mengharapkannya yang datang hanya kecewa, lain halnya bila niatnya ingin membesarkan nama NU dengan berkhidmat dengan ketawadluan, menjadikan IPNU sebagai medan perjuangan yang notabene tidak mengenal lelah atau berhenti ditengah jalan, dan menghimpun segala potensi untuk sama-sama menciptakan nuansa pengkaderan dengan baik, maka semunya pasti ada manfaatnya tetapi hal itu memang tidak dirasakan langsung manfaatnya melainkan keringat perjuangan itu akan dirasakan setelah ia sudah tidak lagi berkecamuk dengan organisasi atau ia naik ke level yang lebih tinggi, dengan catatan ia dinilai mampu meberikan kontribusi baik. Inilah yang disebut feedback positif atau ajrah. dengan kata yang lebih beripnu "di IPNU tidak ada ujrah yang ada hanya ajrah", frasa ini seringkali disampaikan Said dalam setiap acara pengkaderan IPNU ataupun di rapat-rapat pimpinan wilayah dan cabang. Mengingat akan pentingnya sebuah pengorbanan dalam perjuangan, Said dalam ini sudah menjadikan ungkapan itu menjadi sebuah motivasi diri dalam memimpin organisasinya. 

Secara semantik, kedua lafadz antara ujrah dan ajrah memiliki kemiripan dalam tulisan arabnya, yang membedakan hanya harkat dlammah dan fathah di awal hurufnya sehingga mempengaruhi terhadap perbedaan maknanya. ujrah dengan dlammah huruf awalnya berarti imbalan atau upah dan ajrah dengan harkat fathah berarti pahala.

Dalam hubungan kontekstualisasi organisasi, makna ujrah sering atau bahkan memang dikaitkan dengan masalah uang transportasi dalam berbagai kegiatan, bahkan dirinya pun yang masih berstatus anggota selalu menanyakan hal ini, paling tidak mengharapkan. Bukan berarti dalam berorganisasi tidak boleh mendapat untung sama sekali tetapi yang perlu dijadikan catatan bagi organisatoris adalah menanamkan rasa berjuang tanpa pamrih supaya terhindar dari kebiasaan hedonisme. Seperti ungkapan emas atau wasiat (last will and testament) KH. Ridwan Abdullah, pencipta lambang NU "Jangan takut tidak makan kalau berjuang mengurus NU. Yakinlah ! Kalau sampai tidak makan, komplain aku jika aku masih hidup, tapi kalau aku sudah mati, maka tagihlah ke batu nisanku". Ungkapan ini seperti memberi sinyal bahwa berjuang di NU, spesifiknya berjuang menanamkan nilai-nilai aswaja terhadap pelajar NU itu harus diniati dengan ikhlas untuk melakukan suatu kebaikan, dan barang siapa yang ikhlas maka ia akan mendapatkan pahalanya. Seperti hadist;
 من سن سنة حسنة فله أجرها وأجر من عمل بها  الخ. .
Artinya: Barangsiapa yang memulai perbuatan baik (dalam Islam), maka ia akan memperoleh pahalanya serta pahala orang-orang yang melakukannya..

Tetapi dalam konteks lain, ajrah dan ujrah adalah dua term yang tidak boleh dipisahkan, satu sama lain saling mengikat, ujrah yang bisa berarti pendapatan dan ajrah pahala, kedua-duanya ini menjadi pilar utama bagi manusia untuk meraih selamat dunia dan akhirat. Namun keduanya bisa hilang jika manusia salah mengelolanya. Kita butuh Ajrah karena untuk keselamatan  kita di akhirat demikian pula kita pun butuh ujrah untuk menopang kehidupan di dunia. Jadi kedua-duanya saling terkait untuk keselamatan manusia dunia akhirat. Orang yang hanya mementingkan ajrah mengabaikan ujrah itu biasanya malas, tidak mau berusaha, akibatnya dipersulit oleh hidup. Demikian juga  orang yang mementingkan ujrah, mengabaikan ajrah, biasanya sibuk dengan urusan dunia dan melupakan urusan ukhrawi. Yang betul adalah terkumpulnya ajrah dan ujrah pada diri seseorang sehingga bisa melaksanakan kehidupan di dunia secara baik untuk kepentingan akhirat. Jadi dengan kata lain, ujrah adalah dunia dan ajrah adalah akhirat.

Tetapi kita juga bisa membuat ujrah menjadi ajrah, yaitu dengan bersedekah. Persoalan seriusnya adalah kita mau atau tidak mengajrahkan ujrah itu atau mengujrahkan ajrah. Jadi ujrah dan ajrah itu bagaikan jasad dengan ruh, tidak boleh terpisah salah satunya dalam kehidupan kita. Sekian (frachman, Sekretaris PC IPNU Jakarta Utata)
Tag : Artikel

Related Post:

0 Komentar untuk "Di IPNU Tidak Ada Ujrah Yang Ada Hanya Ajrah"

Back To Top